Transportasi di Indonesia, Tulang Punggung Perekonomian Yang Terancam “Cacat”

Transportasi merupakan suatu kegiatan pemindahan makhluk hidup atau benda mati dari tempat asal menuju tempat tujuan. Pemindahan itu sendiri berarti gerakan dari tempat awal dimana Ia berasal sampai ke tempat akhir tujuan. Unsur-unsur transportasi itu sendiri meliputi muatan, kendaraan, jalan, dan sumber daya manusia. Peranan transportasi sangat penting untuk saling menghubungkan daerah sumber bahan baku, daerah produksi, daerah pemasaran dan daerah pemukiman sebagai tempat tinggal konsumen untuk memenuhi kebutuhan mereka. Disamping itu, transportasi sangat mempengaruhi perekonomian suatu Negara. Karena transportasi merupakan kunci untuk melakukan berbagai kegiatan seperti perdagangan, pengiriman barang, dan lain-lain. Tanpa transportasi, diyakini suatu Negara tersebut akan menjadi lumpuh dari segi perekonomian.

Di Indonesia sendiri transportasi sangat mempengaruhi perekonomian. Terbukti dengan bertumbuhnya perekonomian Indonesia setiap tahunya yang menyentuh angka 6 persen. Hal tersebut bisa bertumbuh lebih tinggi lagi asalkan hal-hal yang menyangkut transportasi dibenahi lebih baik lagi. "Sektor transportasi penting dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, khususnya bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang membutuhkan aneka moda transportasi," ujar Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono. Lanjut Bambang, percepatan pembangunan transportasi di Indonesia sudah dilaksanakan sejak 5 tahun silam. Melihat hal tersebut, Bambang menambahkan, bahwa di tahun 2013-2014 akan menjadi tahun panen transportasi di Indonesia. "Sejumlah proyek infrastruktur akan mulai beroperasi tahun ini hingga tahun depan. Mulai dari jalur ganda Jakarta-Surabaya, kereta api Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Kualanamu di Medan, hingga terhubungnya angkutan penyeberangan Sabuk Selatan yang menghubungkan Sabang sampai Merauke," ungkap Beliau. Data dari World Bank (1994) menunjukkan umumnya infastruktur jenis transportasi memiliki peran yang lebih besar dalam menyumbang nilai tambah dengan proporsi terhadap PDB sebesar 5,34% untuk low-income countries, 6,78% untuk middle-income countries, dan 9,46 % untuk high-income countries. Inilah bukti bahwa transportasi sangat mempengaruhi perekonomian suatu Negara, khususnya Indonesia yang terdiri dari kepulauan-kepulauan.

Namun sayang, dibalik mulainya keberhasilan transportasi di Indonesia yang bisa menumbuhkan perekonomian Negeri ini, justru tersimpan permasalahan-permasalahan yang rumit dalam bidang transportasi yang mengakibatkan “cacat”. Banyak permasalahan yang mewarnai perkembangan transportasi di Indonesia diantaranya :

 1         Terlambatnya pengiriman barang

Keterlambatan di Indonesia seperti sudah menjadi budaya. Pengiriman yang tidak tepat waktu juga dikarenakan faktor–faktor lain seperti kongesti pelabuhan, bencana misalnya banjir, cuaca buruk. Selain itu juga Sumber Daya Manusia di Indonesia kebanyakan tidak disiplin yang mengakibatkan masalah ini muncul.

2.    .    Mahalnya biaya transportasi

Pematokan biaya produksi merupakan sasaran utama agar bisa bersaing di pasar dunia, termasuk didalamnya biaya logistik. Biaya logistik di Negeri ini termasuk mahal jika dibandingkan dengan negara-negara ASIA macam Jepang yang notabene Negara dengan transportasi yang maju. Di Indonesia biaya logistik mencapai 14,08 persen dari harga produksi suatu barang.. Bandingkan dengan Jepang yang hanya 4,88 persen. 

 3.        Birokrasi logistik yang lama dan berbelit

Birokrasi didalam pelaksanaan logistik di Indonesia sangat tinggi. Di Singapura hanya dibutuhkan satu hari, sedangkan di Indonesia 7 hari untuk pelaksanaan logistik. Sehingga jelas disini banyak hal yang masih bisa dilakukan untuk mempercepat waktu penyelesaian. Lamanya proses birokrasi tersebut tentunya membuat sistem transportasi kita menjadi lebih buruk dan semakin tertinggal dari negara–negara lain.

4.         Banyaknya Pungli (pungutan liar)

Pungli alias pungutan liar di Indonesia bak jamur yang tumbuh subur di sebuah kayu. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa transportasi di Indonesia menjadi mahal. Pungutan yang ada mulai dari Bea Cukai, Pelindo, Adpel, dan preman–preman yang teroganisir oleh aparat. Pemberantasan pungutan liar juga sangat sulit diberantas, karen pungutan liar sudah di-backup oleh “orang dalam”.

5.         Infrastruktur yang kurang memadai

Infrastruktur di sini yang kurang memadai adalah jalan raya. Tidak adanya jalan khusus untuk kendaraan pengangkut barang seperti truk kontainer, membuat truk–truk kontainer berbobot puluhan ton harus berbagi jalan dengan kendaraan –kendaraan kecil lainnya seperti mobil dan sepeda motor.  Yang terjadi adalah jalan –jalan tersebut akan cepat rusak dan akhirnya membuat pengiriman barang menjadi tidak lancar. Kondisi yang lebih parah terjadi di luar pulau Jawa seperti pulau Sumatra dan pulau Kalimantan. Truk – truk kontainer harus melewati jalanan dihutan yang tidak beraspal, dan jalan–jalan tersebut akan berubah menjadi kubangan lumpur pada musim hujan.

6.         Kemacetan yang semakin rumit

Dewasa ini, kemacetan juga merupakan salah satu penyebab permasalahan transportasi di Indonesia. Disamping jalan yang rusak dan sempit, kendaraan pribadi juga menjadi faktor kemacetan yang mewabah di Negeri ini. Semisal saja di Ibu Kota yang menjadi runyam soal transportasi di sana. Bayangkan saja setiap hari selalu terjadi kemacetan di beberapa titik sehingga mengakibatkan kerugian perekonomian yang bisa dibilang tinggi.

            Dari permasalahan transportasi di atas yang paling rumit dan menjadi masalah serius adalah soal kemacetan. Sampai-sampai kemacetan di Indonesia mendapat perhatian dari Negeri Sakura alias Jepang. Kunjungan delegasi The International Friendship Exchange Council (FEC) yang dipimpin oleh Mr. Nario Yamaguchi (mantan Duta besar Jepang di Indonesia), Vice Chairman of FEC ke Kantor Kementerian Perhubungan bulan Maret lalu, FEC menyampaikan keprihatinannya terhadap masalah kemacetan di Indonesia yang menurutnya dikhawatirkan dapat mengganggu perekonomian di Indonesia. “Mengenai masalah kemacetan (di Indonesia), dikhawatirkan dapat mengganggu produktivitas dan jika dihitung secara akumulatif jumlahnya cukup besar dari nilai ekonomis,” demikian disampaikan oleh perwakilan FEC dalam laporan Atase Perhubungan KBRI di Tokyo, Popik Montanasyah yang diterima redaksi www.dephub.go.id. Kemacetan ini bukan tidak mungkin bisa diatasi. Ada alternatif yang kemungkinan besar bisa mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah mengoptimalkan Transportasi publik macam Bus, Angkutan Kota, Kereta, Kapal, Pesawat Terbang, dll. Menurut Sesditjen Perkeretaapian, Nugroho Indrio selama ini kerjasama di sektor transportasi antara Indonesia dan Jepang telah berjalan baik. Nugroho menuturkan, beberapa proyek bersama telah dilakukan antara Indonesia dan Jepang antara lain proyek Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta, proyek pembangunan railway Kereta Bandara (Soekarno-Hatta) dan proyek pembangunan Monorel.

            Publik selalu berharap transportasi di Indonesia terus maju namun tidak menimbulkan masalah baru yang lebih rumit. Diharapkan juga Transportasi di Negeri ini bisa menjadi tulang punggung kemajuan perekonomian Indonesia dan tidak menjadi “cacat” lagi. Berbagai alternatif solusi sudah diwacanakan dan sebagian sudah dilaksanakan untuk mengurangi atau bahkan menyembuhkan “cacat” transportasi tersebut. Disamping Pemerintah yang memikirkan solusi, publik juga harus sadar akan pentingnya transportasi publik untuk mengurangi permasalahan-permasalahan transportasi yang ada. Semoga transportasi Negeri ini kedepannya lebih baik dan tertata lebih rapi.