Indonesia
merupakan Negara yang kaya akan potensi pariwisata. Seperti pariwisata alam,
budaya, sejarah, kuliner, seni, dan lain-lain. Dengan jumlah 13.466 pulau,
Indonesia mampu menjelma sebagai Negara dengan potensi pariwisata yang luar
biasa dan tersebar di berbagai pulau yang ada tersebut. Tak khayal jika
Indonesia menjadi salah satu destinasi favorit bagi para wisatawan domestik
maupun manca negara. Potensi pariwisata yang ada di Indonesia sendiri didukung
oleh letak astronomis Indonesia yang berada pada pada 6° LU -
11° LS. Artinya Indonesia mempunyai iklim tropis yang kaya akan sinar
matahari yang hangat. Tak hanya potensi pariwisata dari sektor alam saja yang
mendominasi, tetapi juga pariwisata sejarah seperti Candi Borobudur.
Candi
Borobudur merupakan Candi Budha terbesar di Dunia dengan luas dasar 123x123
meter, tinggi saat ini 35 meter dan tinggi asli 42 meter termasuk chattra.
Terletak di Kabupaten Magelang, Candi Borobudur merupakan Candi model alam
semesta yang dibangun sebagai tempat suci Umat Budha dan sebagai tempat ibadah
Umat Budha pada zaman Dinasti Syailendra. Candi ini termasuk di dalam Situs
Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO. Tidak hanya itu, Candi Borobudur
sempat masuk dalam salah satu New Seven Wonders atau 7 Keajaiban Dunia Baru
kategori bangunan bersejarah. Dengan saya tarik yang luar biasa dari Candi
Borobudur, banyak sekali wisatawan domestik maupun manca negara melancong ke
Candi Borobudur. Mereka tidak hanya disuguhkan oleh keindahan dan kemegahan
Candi, tetapi juga bisa mengetahui sejarah yang terkait tentang Candi Borobudur
melalui Tourist Guide yang ada di Candi Borobudur.
Dibalik
keindahan Candi Borobudur, terdapat sisi lain yang luar biasa dari Candi
kebanggaan Masyarakat Indonesia ini. Mulai dari sejarah berdirinya, isu tentang
Candi yang didirikan di tengah danau, hingga Candi tersebut pernah terbengkalai
ber-abad-abad sebelum ditemukan oleh Gubernur Jenderal Inggris, Thomas Stamford
Raffles. Berikut sisi lain dibalik kemegahan Candi Borobudur yang banyak orang
mungkin tidak mengetahuinya jarang ingin mengetahuinya.
Sejarah
Berdirinya Candi Borobudur
Dalam
pembangunan Candi Borobudur, tidak ada bukti yang jelas siapa yang membangun
Candi Borobudur tersebut. Namun pembangunan Candi Borobudur tersebut diperkirakan
sekitar tahun 800 Masehi. Pada saat itu merupakan tahun puncak kejayaan dari
Dinasti Syailendra di Jawa Tengah yang masa itu dipengaruhi oleh Kemaharajaan
Sriwijaya. Pembangunan Candi Borobudur sendiri diperkirakan menghabiskan waktu
sekitar 75-100 tahun dan bertepatan dengan pemerintahan Samaratungga di tahun
825. Namun pada masa itu terdapat kesimpangsiuran fakta apakah Raja yang
memimpin Jawa pada masa itu menganut agama Hindu atau Budha. Wangsa Syailendra
sendiri diketahui menganut agama Budha aliran Mahayana yang taat, melalui
temuan prasasti Sojomerto
menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa.
Para
ahli arkeologi menduga bahwa rancangan awal Borobudur adalah stupa tunggal yang
sangat besar memahkotai puncaknya. Diduga massa stupa raksasa yang luar biasa
besar dan berat ini membahayakan tubuh dan kaki candi sehingga arsitek
perancang Borobudur memutuskan untuk membongkar stupa raksasa ini dan diganti
menjadi tiga barisan stupa kecil dan satu stupa induk seperti sekarang. Berikut
tahap-tahap yang bisa menjelaskan pembangunan Candi Borobudur dimasa itu :
·
Tahap
Pertama Borobudur dibangun diatas bukit alami, puncak dari bukit tersebut
kemudian diratakan dan pelatarannya diperluas. Struktur dari Borobudur sendiri
tidak seluruhnya berasal dari batu andesit, bagian bukit tanah dipadatkan dan
ditutup struktur batu sehingga menyerupai cangkang yang membungkus bukit tanah.
Sisa bagian bukit ditutup struktur batu lapis demi lapis. Pada awalnya dibangun
tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak, tetapi
kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar. Dibangun tiga
undakan pertama yang menutup struktur asli piramida berundak.
·
Tahap
Kedua merupakan penambahan dua undakan persegi pagar langkan dan satu undak
melingkar yang diatasnya langsung dibangun stupa tunggal yang sangat besar.
·
Tahap
Ketiga adalah
Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran dengan stupa
tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa
yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini
dengan satu stupa induk yang besar di tengahnya. Karena alasan tertentu pondasi
diperlebar, dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus menutup
relief Karmawibhangga. Para arkeolog menduga bahwa Borobudur semula dirancang
berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur teras bujur
sangkar. Akan tetapi stupa besar ini terlalu berat sehingga mendorong struktur
bangunan condong bergeser keluar. Patut diingat bahwa inti Borobudur hanyalah
bukit tanah sehingga tekanan pada bagian atas akan disebarkan ke sisi luar
bagian bawahnya sehingga Borobudur terancam longsor dan runtuh. Karena itulah
diputuskan untuk membongkar stupa induk tunggal yang besar dan menggantikannya
dengan teras-teras melingkar yang dihiasi deretan stupa kecil berterawang dan
hanya satu stupa induk. Untuk menopang agar dinding candi tidak longsor maka
ditambahkan struktur kaki tambahan yang membungkus kaki asli. Struktur ini
adalah penguat dan berfungsi bagaikan ikat pinggang yang mengikat agar tubuh
candi tidak ambrol dan runtuh keluar, sekaligus menyembunyikan relief
Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu
·
Tahap keempat ada perubahan kecil
seperti penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan
tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki.
Terlantarnya
Candi Budha Terbesar di Dunia
Borobudur sendiri pernah terbengkalai berabad-abad yang
membuat Candi Budha ini terlupakan dan berbentuk seperti bukit. Hal ini
dikarenakan oleh meletusnya Gunung Merapi yang membuat debu vulkaniknya
menutupi Candi Borobudur. Setelah debu vulkanik tersebut menutupi sosok Candi
Indah tersebut, kemudian tumbuh banyak sekali semak belukar dan tumbuh-tumbuhan
yang menutupi Candi Borobudur tersebut hingga tak terlihat sebagai Candi Budha
kala itu. Tidak ada keterangan pasti mengenai mengapa Candi Borobudur ditinggalkan.
Hanya saja Bangunan Suci ini disebutkan secara samar-samar sekitar tahun 1365,
oleh Mpu Prapanca dalam naskahnya Nagarakretagama yang ditulis pada masa kerajaan Majapahit tentang di tinggalkannya Candi tersebut.
Disamping itu, Soekmono (1976) juga mengajukan pendapat terkenal bahwa candi
ini mulai benar-benar ditinggalkan sejak penduduk sekitar beralih keyakinan ke
Islam pada abad ke-15.
Menurut
Babad Tanah Jawi (Sejarah Jawa), monumen ini merupakan faktor fatal bagi
Mas Dana, pembangkang yang memberontak kepada Pakubuwono I, raja Kesultanan Mataram pada 1709. Disebutkan bahwa bukit "Redi
Borobudur" dikepung dan para pemberontak dikalahkan dan dihukum mati oleh
raja. Dalam Babad Mataram (Sejarah Kerajaan Mataram), monumen ini
dikaitkan dengan kesialan Pangeran Monconagoro, putra mahkota Kesultanan Yogyakarta yang mengunjungi monumen ini pada 1757.
Meskipun terdapat tabu yang melarang orang untuk mengunjungi monumen ini,
"Sang Pangeran datang dan mengunjungi satria yang terpenjara di dalam kurungan
(arca Buddha yang terdapat di dalam stupa berterawang)". Setelah kembali
ke keraton, sang Pangeran jatuh sakit dan meninggal dunia sehari kemudian.
Dalam kepercayaan Jawa pada masa Mataram Islam, reruntuhan bangunan percandian
dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh halus dan dianggap wingit
(angker) sehingga dikaitkan dengan kesialan atau kemalangan yang mungkin
menimpa siapa saja yang mengunjungi dan mengganggu situs ini. Meskipun secara
ilmiah diduga, mungkin setelah situs ini tidak terurus dan ditutupi semak
belukar, tempat ini pernah menjadi sarang wabah penyakit seperti demam
berdarah atau malaria.
Candi Borobudur Bangkit dari Tidur Panjangnya
Kekalahan Belanda terhadap Inggris pada saat mereka
berperang membuat Inggris menduduki Pulau Jawa pada kurun waktu 1811 hingga
1816. Thomas Stamford Raffles, akhirnya ditunjuk sebagai Gubernur pada masa itu
dan Dia tertarik dengan sejarah Jawa. Dari ketertarikannya tersebut, Raffles
akhirnya mengumpulkan artefak-artefak kuno mengenai sejarah Jawa dari penduduk
lokal ketika Dia berkeliling Jawa. Pada Kunjungannya ke Semarang pada tahun
1814, Dia diberitahu bahwa terdapat monumen besar jauh didalam hutan di dekat
Desa Bumisegoro. Karena berhalangan datang karena suatu urusan, maka Raffles
mengutus H.C. Cornelius, seorang insinyur, untuk meneliti dan mencari
keberadaan monumen besar tersebut.
Akhirnya
dalam kurun waktu dua bulan, Cornelius beserta jajarannya yang berjumlah 200
menebang pohon-pohon dan semak-semak yang menutupi Candi Borobudur. Ia akhirnya
melaporkan kepada Raffles terkait penemuannya itu dan menyerahkan beberapa
sketsa bentuk bangunan monumen tersebut. Walaupun hanya beberapa tulisan yang
bisa menjelaskannya, namun Raffles dianggap berjasa dalam penemuan Candi
Borobudur tersebut. Sehingga menarik perhatian Dunia terkait penemuan besar
ini. Hartmann, seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda di Keresidenan Kedu
meneruskan kerja Cornelius dan pada 1835 akhirnya seluruh bagian bangunan telah
tergali dan terlihat. Minatnya terhadap Borobudur lebih bersifat pribadi
daripada tugas kerjanya. Hartmann tidak menulis laporan atas kegiatannya;
secara khusus, beredar kabar bahwa ia telah menemukan arca buddha besar di
stupa utama. Pada 1842, Hartmann menyelidiki stupa utama meskipun apa yang ia
temukan tetap menjadi misteri karena bagian dalam stupa kosong.
Pemerintah
Hindia Belanda menugaskan F.C. Wilsen, seorang insinyur
pejabat Belanda bidang teknik, ia mempelajari monumen ini dan menggambar
ratusan sketsa relief. J.F.G. Brumund juga ditunjuk untuk melakukan penelitian
lebih terperinci atas monumen ini, yang dirampungkannya pada 1859. Pemerintah
berencana menerbitkan artikel berdasarkan penelitian Brumund yang dilengkapi
sketsa-sketsa karya Wilsen, tetapi Brumund menolak untuk bekerja sama.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian menugaskan ilmuwan lain, C. Leemans, yang
mengkompilasi monografi berdasarkan sumber dari Brumund dan Wilsen.
Pada 1873, monograf pertama dan penelitian lebih detil atas Borobudur
diterbitkan, dilanjutkan edisi terjemahannya dalam bahasa Perancis setahun
kemudian. Foto pertama monumen ini diambil pada 1873 oleh ahli engrafi Belanda,
Isidore van Kinsbergen.
Itulah
sepenggal sisi lain dibalik kemegahan dan kecantikan Candi yang masuk dalam
Situs Warisan Dunia tersebut. Penemuan Candi Borobudur ini merupakan salah satu
penemuan terbesar yang dicatat oleh Dunia. Dan keindahan Candi Borobudur
sendiri sudah diakui oleh Dunia dan menjadi slah satu destinasi favorit bagi
para wisatawan lokal maupun manca negara. Kita sebagai penduduk asli Negara
Indonesia patut berbangga atas kepemilikan situs luar biasa ini. Tidak hanya
berbangga saja, tetapi kita harus bisa menjaga kelestarian Candi ini agar tidak
menjadi rusak dan tak indah kembali. Perlu adanya aspirasi dan partisipasi dari
Masyarakat Indonesia untuk sadar akan pelestarian potensi pariwisata yang ada
di Indonesia seperti Borobudur ini. Agar Indonesia tetap diakui dan menjadi
tempat yang indah untuk tujuan wisata.
REFERENSI
Halo Kami dari http://www.indonesiavirtual.com ingin mengajak rekan rekan blogger untuk berpartisipasi dalam gerakan #kenalindonesia.
BalasHapusSilahkan visit http://www.indonesiavirtual.com untuk melihat koleksi foto 360 derajat tentang Indonesia dan silahkan copy embed code Candi Borobudur untuk menarik file foto 360 derajat tersebut ke dalam blog kalian. Ayo bantu misi kami untuk “mengibarkan bendera” Indonesia ke dunia!
Link Embed Code Candi Borobudur di sini :
http://indonesiavirtual.com/index.php?option=com_jumi&fileid=11&Itemid=109&id_img=499
Salam #KenalIndonesia
Notes : pertanyaan lebih lanjut silahkan email ke support@indonesiavirtual.com