Selasa, 17 Desember 2013

SISI LAIN DIBALIK KEMEGAHAN CANDI BOROBUDUR

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan potensi pariwisata. Seperti pariwisata alam, budaya, sejarah, kuliner, seni, dan lain-lain. Dengan jumlah 13.466 pulau, Indonesia mampu menjelma sebagai Negara dengan potensi pariwisata yang luar biasa dan tersebar di berbagai pulau yang ada tersebut. Tak khayal jika Indonesia menjadi salah satu destinasi favorit bagi para wisatawan domestik maupun manca negara. Potensi pariwisata yang ada di Indonesia sendiri didukung oleh letak astronomis Indonesia yang berada pada pada 6°  LU  - 11° LS. Artinya Indonesia mempunyai iklim tropis yang kaya akan sinar matahari yang hangat. Tak hanya potensi pariwisata dari sektor alam saja yang mendominasi, tetapi juga pariwisata sejarah seperti Candi Borobudur.
Candi Borobudur merupakan Candi Budha terbesar di Dunia dengan luas dasar 123x123 meter, tinggi saat ini 35 meter dan tinggi asli 42 meter termasuk chattra. Terletak di Kabupaten Magelang, Candi Borobudur merupakan Candi model alam semesta yang dibangun sebagai tempat suci Umat Budha dan sebagai tempat ibadah Umat Budha pada zaman Dinasti Syailendra. Candi ini termasuk di dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO. Tidak hanya itu, Candi Borobudur sempat masuk dalam salah satu New Seven Wonders atau 7 Keajaiban Dunia Baru kategori bangunan bersejarah. Dengan saya tarik yang luar biasa dari Candi Borobudur, banyak sekali wisatawan domestik maupun manca negara melancong ke Candi Borobudur. Mereka tidak hanya disuguhkan oleh keindahan dan kemegahan Candi, tetapi juga bisa mengetahui sejarah yang terkait tentang Candi Borobudur melalui Tourist Guide yang ada di Candi Borobudur.
Dibalik keindahan Candi Borobudur, terdapat sisi lain yang luar biasa dari Candi kebanggaan Masyarakat Indonesia ini. Mulai dari sejarah berdirinya, isu tentang Candi yang didirikan di tengah danau, hingga Candi tersebut pernah terbengkalai ber-abad-abad sebelum ditemukan oleh Gubernur Jenderal Inggris, Thomas Stamford Raffles. Berikut sisi lain dibalik kemegahan Candi Borobudur yang banyak orang mungkin tidak mengetahuinya jarang ingin mengetahuinya.
                                                                                                                       
Sejarah Berdirinya Candi Borobudur
Dalam pembangunan Candi Borobudur, tidak ada bukti yang jelas siapa yang membangun Candi Borobudur tersebut. Namun pembangunan Candi Borobudur tersebut diperkirakan sekitar tahun 800 Masehi. Pada saat itu merupakan tahun puncak kejayaan dari Dinasti Syailendra di Jawa Tengah yang masa itu dipengaruhi oleh Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Candi Borobudur sendiri diperkirakan menghabiskan waktu sekitar 75-100 tahun dan bertepatan dengan pemerintahan Samaratungga di tahun 825. Namun pada masa itu terdapat kesimpangsiuran fakta apakah Raja yang memimpin Jawa pada masa itu menganut agama Hindu atau Budha. Wangsa Syailendra sendiri diketahui menganut agama Budha aliran Mahayana yang taat, melalui temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa.
Para ahli arkeologi menduga bahwa rancangan awal Borobudur adalah stupa tunggal yang sangat besar memahkotai puncaknya. Diduga massa stupa raksasa yang luar biasa besar dan berat ini membahayakan tubuh dan kaki candi sehingga arsitek perancang Borobudur memutuskan untuk membongkar stupa raksasa ini dan diganti menjadi tiga barisan stupa kecil dan satu stupa induk seperti sekarang. Berikut tahap-tahap yang bisa menjelaskan pembangunan Candi Borobudur dimasa itu :
·         Tahap Pertama Borobudur dibangun diatas bukit alami, puncak dari bukit tersebut kemudian diratakan dan pelatarannya diperluas. Struktur dari Borobudur sendiri tidak seluruhnya berasal dari batu andesit, bagian bukit tanah dipadatkan dan ditutup struktur batu sehingga menyerupai cangkang yang membungkus bukit tanah. Sisa bagian bukit ditutup struktur batu lapis demi lapis. Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak, tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar. Dibangun tiga undakan pertama yang menutup struktur asli piramida berundak.
·         Tahap Kedua merupakan penambahan dua undakan persegi pagar langkan dan satu undak melingkar yang diatasnya langsung dibangun stupa tunggal yang sangat besar.
·         Tahap Ketiga adalah   Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar di tengahnya. Karena alasan tertentu pondasi diperlebar, dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus menutup relief Karmawibhangga. Para arkeolog menduga bahwa Borobudur semula dirancang berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur teras bujur sangkar. Akan tetapi stupa besar ini terlalu berat sehingga mendorong struktur bangunan condong bergeser keluar. Patut diingat bahwa inti Borobudur hanyalah bukit tanah sehingga tekanan pada bagian atas akan disebarkan ke sisi luar bagian bawahnya sehingga Borobudur terancam longsor dan runtuh. Karena itulah diputuskan untuk membongkar stupa induk tunggal yang besar dan menggantikannya dengan teras-teras melingkar yang dihiasi deretan stupa kecil berterawang dan hanya satu stupa induk. Untuk menopang agar dinding candi tidak longsor maka ditambahkan struktur kaki tambahan yang membungkus kaki asli. Struktur ini adalah penguat dan berfungsi bagaikan ikat pinggang yang mengikat agar tubuh candi tidak ambrol dan runtuh keluar, sekaligus menyembunyikan relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu
·         Tahap keempat ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki.

Terlantarnya Candi Budha Terbesar di Dunia
            Borobudur sendiri pernah terbengkalai berabad-abad yang membuat Candi Budha ini terlupakan dan berbentuk seperti bukit. Hal ini dikarenakan oleh meletusnya Gunung Merapi yang membuat debu vulkaniknya menutupi Candi Borobudur. Setelah debu vulkanik tersebut menutupi sosok Candi Indah tersebut, kemudian tumbuh banyak sekali semak belukar dan tumbuh-tumbuhan yang menutupi Candi Borobudur tersebut hingga tak terlihat sebagai Candi Budha kala itu. Tidak ada keterangan pasti mengenai mengapa Candi Borobudur ditinggalkan. Hanya saja Bangunan Suci ini disebutkan secara samar-samar sekitar tahun 1365, oleh Mpu Prapanca dalam naskahnya Nagarakretagama yang ditulis pada masa kerajaan Majapahit tentang di tinggalkannya Candi tersebut. Disamping itu, Soekmono (1976) juga mengajukan pendapat terkenal bahwa candi ini mulai benar-benar ditinggalkan sejak penduduk sekitar beralih keyakinan ke Islam pada abad ke-15.
            Menurut Babad Tanah Jawi (Sejarah Jawa), monumen ini merupakan faktor fatal bagi Mas Dana, pembangkang yang memberontak kepada Pakubuwono I, raja Kesultanan Mataram pada 1709. Disebutkan bahwa bukit "Redi Borobudur" dikepung dan para pemberontak dikalahkan dan dihukum mati oleh raja. Dalam Babad Mataram (Sejarah Kerajaan Mataram), monumen ini dikaitkan dengan kesialan Pangeran Monconagoro, putra mahkota Kesultanan Yogyakarta yang mengunjungi monumen ini pada 1757. Meskipun terdapat tabu yang melarang orang untuk mengunjungi monumen ini, "Sang Pangeran datang dan mengunjungi satria yang terpenjara di dalam kurungan (arca Buddha yang terdapat di dalam stupa berterawang)". Setelah kembali ke keraton, sang Pangeran jatuh sakit dan meninggal dunia sehari kemudian. Dalam kepercayaan Jawa pada masa Mataram Islam, reruntuhan bangunan percandian dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh halus dan dianggap wingit (angker) sehingga dikaitkan dengan kesialan atau kemalangan yang mungkin menimpa siapa saja yang mengunjungi dan mengganggu situs ini. Meskipun secara ilmiah diduga, mungkin setelah situs ini tidak terurus dan ditutupi semak belukar, tempat ini pernah menjadi sarang wabah penyakit seperti demam berdarah atau malaria.

Candi Borobudur Bangkit dari Tidur Panjangnya
            Kekalahan Belanda terhadap Inggris pada saat mereka berperang membuat Inggris menduduki Pulau Jawa pada kurun waktu 1811 hingga 1816. Thomas Stamford Raffles, akhirnya ditunjuk sebagai Gubernur pada masa itu dan Dia tertarik dengan sejarah Jawa. Dari ketertarikannya tersebut, Raffles akhirnya mengumpulkan artefak-artefak kuno mengenai sejarah Jawa dari penduduk lokal ketika Dia berkeliling Jawa. Pada Kunjungannya ke Semarang pada tahun 1814, Dia diberitahu bahwa terdapat monumen besar jauh didalam hutan di dekat Desa Bumisegoro. Karena berhalangan datang karena suatu urusan, maka Raffles mengutus H.C. Cornelius, seorang insinyur, untuk meneliti dan mencari keberadaan monumen besar tersebut.
            Akhirnya dalam kurun waktu dua bulan, Cornelius beserta jajarannya yang berjumlah 200 menebang pohon-pohon dan semak-semak yang menutupi Candi Borobudur. Ia akhirnya melaporkan kepada Raffles terkait penemuannya itu dan menyerahkan beberapa sketsa bentuk bangunan monumen tersebut. Walaupun hanya beberapa tulisan yang bisa menjelaskannya, namun Raffles dianggap berjasa dalam penemuan Candi Borobudur tersebut. Sehingga menarik perhatian Dunia terkait penemuan besar ini. Hartmann, seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda di Keresidenan Kedu meneruskan kerja Cornelius dan pada 1835 akhirnya seluruh bagian bangunan telah tergali dan terlihat. Minatnya terhadap Borobudur lebih bersifat pribadi daripada tugas kerjanya. Hartmann tidak menulis laporan atas kegiatannya; secara khusus, beredar kabar bahwa ia telah menemukan arca buddha besar di stupa utama. Pada 1842, Hartmann menyelidiki stupa utama meskipun apa yang ia temukan tetap menjadi misteri karena bagian dalam stupa kosong.
            Pemerintah Hindia Belanda menugaskan F.C. Wilsen, seorang insinyur pejabat Belanda bidang teknik, ia mempelajari monumen ini dan menggambar ratusan sketsa relief. J.F.G. Brumund juga ditunjuk untuk melakukan penelitian lebih terperinci atas monumen ini, yang dirampungkannya pada 1859. Pemerintah berencana menerbitkan artikel berdasarkan penelitian Brumund yang dilengkapi sketsa-sketsa karya Wilsen, tetapi Brumund menolak untuk bekerja sama. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menugaskan ilmuwan lain, C. Leemans, yang mengkompilasi monografi berdasarkan sumber dari Brumund dan Wilsen. Pada 1873, monograf pertama dan penelitian lebih detil atas Borobudur diterbitkan, dilanjutkan edisi terjemahannya dalam bahasa Perancis setahun kemudian. Foto pertama monumen ini diambil pada 1873 oleh ahli engrafi Belanda, Isidore van Kinsbergen.

            Itulah sepenggal sisi lain dibalik kemegahan dan kecantikan Candi yang masuk dalam Situs Warisan Dunia tersebut. Penemuan Candi Borobudur ini merupakan salah satu penemuan terbesar yang dicatat oleh Dunia. Dan keindahan Candi Borobudur sendiri sudah diakui oleh Dunia dan menjadi slah satu destinasi favorit bagi para wisatawan lokal maupun manca negara. Kita sebagai penduduk asli Negara Indonesia patut berbangga atas kepemilikan situs luar biasa ini. Tidak hanya berbangga saja, tetapi kita harus bisa menjaga kelestarian Candi ini agar tidak menjadi rusak dan tak indah kembali. Perlu adanya aspirasi dan partisipasi dari Masyarakat Indonesia untuk sadar akan pelestarian potensi pariwisata yang ada di Indonesia seperti Borobudur ini. Agar Indonesia tetap diakui dan menjadi tempat yang indah untuk tujuan wisata.

REFERENSI


1 komentar:

  1. Halo Kami dari http://www.indonesiavirtual.com ingin mengajak rekan rekan blogger untuk berpartisipasi dalam gerakan #kenalindonesia.

    Silahkan visit http://www.indonesiavirtual.com untuk melihat koleksi foto 360 derajat tentang Indonesia dan silahkan copy embed code Candi Borobudur untuk menarik file foto 360 derajat tersebut ke dalam blog kalian. Ayo bantu misi kami untuk “mengibarkan bendera” Indonesia ke dunia!

    Link Embed Code Candi Borobudur di sini :

    http://indonesiavirtual.com/index.php?option=com_jumi&fileid=11&Itemid=109&id_img=499

    Salam #KenalIndonesia

    Notes : pertanyaan lebih lanjut silahkan email ke support@indonesiavirtual.com

    BalasHapus